Selasa, 12 Juli 2022

AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 AKSI NYATA MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

Oleh: LAMBERTUS PRAMUDYA WARDHANA

CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN MAGELANG


Kehidupan abad 21 menuntut adanya keterampilan peserta didik untuk siap menghadapi tantangan yang ada.

Keterampilan tersebut diistilahkan dengan 4 C, yang merupakan singkatan dari Critical Thinking atau berpikir kritis, Collaboration atau kemampuan bekerja sama dengan baik, Communication atau kemampuan berkomunikasi, dan Creativity atau kreatifitas.

Dalam mengajarkan computational thinking di padukan dengan kegiatan yang menyenangkan yaitu menyelesaikan tantangan bebras, pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid juga dapat menumbuhkan kepemimpinan murid. 

Computational thinking adalah kemampuan yang memungkinkan kita untuk menganalisis masalah kompleks, memahami apa masalahnya, dan mengembangkan solusi yang tepat.

 

Artinya, dengan computational thinking kita dapat menyajikan solusi dengan cara yang dapat dipahami oleh komputer, manusia, atau keduanya.

 

Secara konsep, terdapat empat pilar dalam computational thinking yang memiliki tujuan masing-masing.

1. Dekomposisi, yaitu memecahkan masalah atau sistem kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah diatur.

2.    Pengenalan pola dengan mencari persamaan di antara dan di dalam masalah.

3.   Abstraksi yang berfokus pada informasi penting saja, mengabaikan detail yang tidak relevan.

4.   Algoritma, yaitu mengembangkan solusi langkah demi langkah untuk masalah tersebut, atau aturan yang harus diikuti untuk menyelesaikan masalah.





Tujuan computational thinking melatih siswa untuk berpikir kritis, logis, sistematis dan terstruktur layaknya para software engineer menganalisa kebutuhan serta merencanakan pengembangan software. Meningkatkan kemampuan problem solving dalam kehidupan sehari-hari hingga masalah kompleks.

 

Setelah dirilis rapor pendidikan sekolah kami masih terdapat PR yang harus diselesaikan salah satunya adalah kemampuan numerasi baru mencapai kompetensi minimum, untuk literasi sudah diatas kompetensi minimum. Salah satu upaya meningkatkan kemampuan numerasi adalah dengan computational thinking



 

PERASAAN (FEELING)

Saya bersyukur dan senang dengan kegiatan ini maka siswa dapat dilatih kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan  dapat meningkatkan kemampuan numerasi siswa sehingga siswa siap menghadapi AKM dan PISA

 

PEMBELAJARAN

Pembelajaran yang dapat diambil adalah dengan kolaborasi dari semua pihak dapat memberikan hasil yang maksimal, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan kemampuan numerasi dapat ditingkatkan dengan belajar computational thinking.

 

PENERAPAN KEDEPAN (FUTURE) RENCANA PERBAIKAN UNTUK PELAKSANAAN DI MASA DEPAN 

Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa depan adalah

  1.  Pemetaan aset sekolah agar tahu kekuatan yang dimiliki sekolah
  2.  Menerapkan inkuiri apresiatif tahapan BAGJA
  3.  Melakukan refleksi dan evaluasi setiap kegiatan
  4.  Berkolaborasi dengan stakeholders dan rekan sejawat
  5.  Dukungan dan motivasi dari seluruh stakeholders

Foto-foto kegiatan

Pelatihan Computational Thinking dengan Komunitas Praktisi yang dibuat nara sumber Biro Bebras Universitas Sanata Dharma





Siswa menyelesaikan tantangan-tantangan bebras ( Soal Computational Thinking)




 


 







AKSI NYATA MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 AKSI NYATA MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

LAMBERTUS PRAMUDYA WARDHANA

CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN MAGELANG

 

A.    Latar Belakang

SMP Negeri 2 Muntilan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi di masyarakat dibuktikan dengan pendaftar yang banyak, untuk tahun ini pendaftar SMP Negeri 2 Muntilan adalah 578 siswa dengan kuota 180 siswa. Salah satu penyebab tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat tidak hanya mutu pendidikan, fasilitas pendidikan namun juga karena kepedulian pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelayanan yang prima kepada siswa dan masyarakat.Pelayanan yang prima kepada peserta didik dimulai dengan pembentukan karakter dan pendampingan iman anak sehingga ketika anak 2 tahun kemarin tidak tatap muka dan berkurang budi pekerti dan pembiasaan baiknya dapat ditumbuhkan di lingkungan SMP Negeri 2 Muntilan.


B.     Tujuan

      Tujuan aksi nyata ini adalah mewujudkan pembelajaran serta pembiasaan yang menumbuhkan   karakter dan budi pekerti siswa.


C.    Tolok Ukur

   Tolok ukur dari inisiasi perubahan ini adalah terbentuknya kebiasaan yang baik dari siswa diwujudkan dalam karakter dan budi pekerti siswa.


D.    Dukungan yang Dibutuhkan

      Program akan berhasil jika didukung oleh stakeholder sekolah dari kepala sekolah, dewan guru, komite sekolah, tenaga kependidikan, orang tua dan siswa.


E.     Linimasa Tindakan yang Dilakukan

PRAKARSA PERUBAHAN

Pengoptimalan lingkungan sekolah untuk  mengembangkan karakter dan budi pekerti siswa.


TAHAPAN

Pertanyaan

Daftar tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban

B-uat pertanyaan (Define)

        Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/ peluang;

        Menggalang atau membangun koalisi tim perubahan

 

Bagaimanakah cara yang harus dilakukan kaitannya dengan pengembangan mengembangkan karakter dan budi pekerti siswa?

 

1.   Analisis diagnostic karakteristik siswa

2.  Membuat pemetaan aset yang ada di sekolah

3.   Pembuatan program penumbuhan karakter dan budi pekerti siswa.

A-mbil pelajaran (Discover)

        Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/ peluang lewat investigasi;

        Menentukan bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsur

 

 

Apa yang harus diupayakan agar pengembangan karakter dan budi pekerti siswa dapat terlaksana?

1.      Melakukan diskusi bersama pimpinan, dewan guru dan tenaga kependidikan ?

2.      Menyusun program yang akan dilaksanakan setiap hari

3.      Pembagian tugas sesuai hasil rapat.

G-ali mimpi (Dream)

        Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud;

        Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja).

 

 

Bagaimana siswa dapat berkembang karakter dan budi pekertinya?

 

1.      Membuat jadwal pelaksanaan program

2.      Melaksanakan sesuai dengan jobdesk masing-masing.

J-abarkan rencana (Design)

         Mengidentifikasi tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan memudahkan keseluruhan pencapaian;

         Menyusun definisi kesuksesan pencapaian

 

 

Bagaimana pelaksanaan program untuk pengembangan karakter dan budi pekerti siswa?

 

Apa yang dilakukan agar program ini berhasil?

 

1.       Pembagian tugas

2.      Pembuatan jadwal

3.      Agar program ini berhasil yang dilakukan yaitu komitmen yang baik antara siswa, guru dan juga orang tua

A-tur eksekusi (Deliver)

        Menentukan siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan;

        Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: SOP, knowledge management, monev/refleksi)

 

 

1.      Siapa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan?

2.      Bagaimanakah tolok ukur keberhasilan program peningkatan karakter dan budi pekerti siswa?

1.      Yang terlibat yaitu kepala sekolah, guru, siswa dan juga orang tua

2.      Tolok ukur program ini berhasil ketika siswa sudah terbentuk karakter dan budi pekertinya. 







Dokumentasi kegiatan
Upacara bendera dalam meningkatkan rasa nasionalisme dan kedisiplinan siswa.




Setiap pagi ada siswa yang bertugas memimpin Asmaul Husna bagi siswa yang beragama islam.













Bagi siswa Kristen dan Katholik persekutuan doa dengan membaca bacaan harian dari Alkitab



Menyanyikan lagu Indonesia Raya di kelas setelah Asmaul Husna / Persekutuan doa



Apel pagi bagi guru dan tenaga kependidikan yang tidak bertugas di kelas.




Penanganan bagi siswa yang terlambat datang kesekolah.












Minggu, 12 Juni 2022

3.1.a.10. Aksi Nyata

 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Oleh : Lambertus Pramudya Wardhana
CGP Angkatan 4 Kabupaten Magelang


Peristiwa (Facts)

Banyak hal berubah sejak adanya pandemi covid’19 antara lain  tatanan baik, pola belajar, sikap, dan semangat siswa, aktivitas belajar menurun, siswa terlalu sibuk dengan bermain Handphone, dan bermain dengan teman-temannya. Hal ini juga tidak lepas dari control keluarga, sehingga keluarga juga memiliki andil dalam proses pembelajaran siswa. Hal diatas merupakan dilema etika, oleh sebab itu sekolah harus memiliki pilihan apakah mau bangkit dari sekarang tanpa menunggu hilangnya virus covid’19 dari bumi maupun menunggu semuanya normal. Paradigma yang terjadi pada kasus ini adalah jangka pendek melawan jangka panjang


Gambar : Suasana pembelajaran di kelas dengan pemanfaatan gadget sebagai alat bantu belajar.


Sekolah kami sudah menggunakan LMS sehingga siswa sudah terbiasa dengan gadget dan penugasan menggunakan smart phone, jika mau langsung dilarang ternyata akan membuat kemunduran dari pencapaian pembelajaran memanfaatkan teknologi yang sudah dirintis selama ini. Berdiskusi terkait dengan suatu permasalahan merupakan hal yang selalu dilakukan di sekolah saya, keputusan yang diambil atau dihasilkan pun merupakan keputusan berdasarkan hasil musyawarah dengan mempertimbangkan kepentingan bersama dan manfaat bagi banyak orang terutama kepentingan siswa.


Alasan Melakukan Aksi


Banyaknya permasalahan yang muncul saat pembelajaran jarak jauh, dan permasalahan tersebut sering terbawa pada saat pelaksanaan pembelajaran tatap muka, permasalahan yang ada terkait dengan motivasi belajar siswa, dan pemanfaatan gadget yang kadang tidak sesuai dengan porsinya. Siswa menyalahgunakan kesempatan untuk membawa HP maka untuk sementara sekolah memiliki program memperbaiki sikap dan memberikan pengertian kepada siswa bahwa penggunaan HP harus secara bertanggung jawab. 


Gambar : Suasana sosialisi pelajar Pancasila dan bela negara


Dalam modul 3.1 ini saya mempelajari Dilema etika dan Bujukan Moral, yang nantinya diharapkan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran.

Sebagai seorang Pendidik seringkali dihadapkan dengan kondisi harus memilih antara dua pilihan yang berat dan menantang. Guru Sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat namun tidak memihak pada salah satu pihak yang terlibat pada suatu masalah yang sedang dihadapi.

Kami memanfaatkan kegiatan pramuka untuk menyalurkan energi anak sekaligus menanamkan nilai-nilai baik, paling tidak membuat anak untuk sementara tidak tergantung dengan gadgetnya.

Gambar : Kegiatan pentas seni rangkaian latihan pramuka agar anak tersalurkan energi dan bakat minatnya


Gambar : Upacara kegiatan pramuka


Hasil Aksi Nyata yang dilakukan


Setelah saya mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan dalam PGP dan melakukan sosialisasi, Ilmu yang saya bagikan kepada para guru diharapkan dapat dirasakan manfaat yang begitu besar. Materi-materi yang diberikan sangat sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pemimpin Pembelajaran dan pengambil keputusan.


Langkah-langkah yang telah saya lakukan untuk mengambil keputusan adalah mulai mempraktikkan bagaimana cara mengambil keputusan yang tepat dengan meminta guru untuk dapat melakukan langkah awal yaitu identifikasi masalah agar bisa diketahui bahwa kasus yang dihadapai adalah dilema etika atau bujukan moral. Setelah teridentifikasi, maka guru dapat menentukan paradigma yang akan digunakan, selain itu guru juga akan menentukan prinsip mana yang digunakan dalam pengambilan keputusan, apakah berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli, dan juga akan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan.

Gambar : Membuat bahan pembelajaran dengan memanfaatkan bahan yang ada.



Perasaan ( Feeling )


Saya merasa bersyukur, bangga, dan termotivasi dalam melaksanakan program dari materi aksi nyata Modul 3.1, materi aksi nyata tersebut diharapkan dapat menjadi solusi terbaik semua program di sekolah maupun komunitas pendidikan dalam menjalankan program kerja yang terkendala permasalahan baik masalah intern maupun ekstern melalui penerapan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dari Modul ini.


Pembelajaran ( Finding )

Pembelajaran Pramuka dapat membentuk kepribadian anak, anak memang membutuhkan menggunakan HP namun harus dibekali rasa tanggung jawab agar tidak disalahgunakan.

Melalui diskusi, kolaborasi dan saling menghargai antar warga sekolah, saya dapat mengobservasi, mengevaluasi, dan mengetahui kendala, keadaan yang dihadapi warga sekolah, terutama guru,  siswa, dan orangtua sehingga saya berkolaborasi dengan kesiswaan, dan kurikulum untuk dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan dan merdeka belajar bagi guru maupun siswa.


Pembelajaran yang didapatkan dalam materi ini bahwa pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan solusi yang tepat.

Penerapan kedepan ( Future )

Kegiatan Pramuka sebagai wadah pembentukan karakter siswa serta kegiatan diskusi ini akan kami lakukan secara rutin sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah sehingga sekolah mempunyai nilai plus dalam pembinaan mental spiritual bagi guru dan siswa sesuai profil pelajar Pancasila yang kita harapkan. Sebagai seorang guru kita harus cermat melihat keadaan komunitas sekolah beserta warga sekolah apapun permasalahan sehingga semua kendala yang dihadapi dapat terselesaikan dengan cepat, tepat, efisien, menemukan solusi terbaik khususnya yang berpihak pada murid.

Kamis, 09 Juni 2022

Modul 3.1.a.9. Koneksi Antarmateri

 

Modul 3.1.a.9. Koneksi Antarmateri

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.

Berikut adalah Panduan Pertanyaan dan jawaban untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):


1.  Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka KHD yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Karena sejatinya seorang guru adalah penuntun yang tugasnya adalah menuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Makna kata “Penuntun”, dapat dipahami sebagai “Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada murid.
Berlandaskan filosofi Pratap Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada BUDI PEKERTI. BUDI (cipta, rasa, karsa) dan PEKERTI (tenaga/raga) harus seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambllan keputun harus menuju kepada KEBIJAKSANAAN. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus berorientasi kepada murid. Atau bahasa lain yang digunakan KHD adalah " Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak". 

"Pendidikan itu harus memerdekakan"
Pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berpihak dan memerdekakan murid akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Diharapkan bahwa murid akan lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal.

Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, akan menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang baik juga.

Karena prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, terlepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.

Menurut Kidder, 2009 ada tiga prinsip dalam pengambilan keputusan, diantaranya

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid


3.  Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya

Pendamping (pengajar Praktik) dan fasilitator memberikan saya wawasan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching, membuat saya menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi

tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan yang saya kehendaki dan membantu saya menerapkan coaching pada teman sebaya dalam mengambil keputusannya sendiri berdasarkan Langkah TIRTA


4.  Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL).
Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

5.  Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik

Sebagai seorang pendidik seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita harus  mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu lebih berupa bujukan moral. 

"Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral." (Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).
Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ketika Guru berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak .

Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran kita memiliki kecenderungan pada prinsip : (1) Melakukan, demi kebaikan orang banyak.; (2) Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri kita; (3) Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.
Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku.

6.   Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 


Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :
  • Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
  • Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.
  • Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika 
  • bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut

7.  Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
  • Mengambil keputusan sendiri untuk masalah/kasus pribadi saya sebagai pendidik
  • Ketika berhadapan pada suatu dilema etika individu lawan masyarakat (dalam konteks di sekolah). Kecenderungan pendapat individu (kelompok kecil) akan terpatahkan oleh masyarakat (kelompok besar). Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan kenaikan kelas bagi anak yang memiliki kompetesi pengetahuan rendah tetapi memiliki nilai karakter yang baik.
  • Trauma dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu
  • Kekhawatiran jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik (merugikan) bagi sebagian besar suatu pihak.
  • Menyelidiki situasi atau masalah secara detail atau mengumpulkan berbagai macam informasi terkait dengan situasi tersebut. Contoh : Seringkali informan memberi keterangan yang tidak konsisten.
8.  Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

"Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)

Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat “menuntun” dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

9.  Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.

10.   Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Guru sebagai pendidik yang peran utamanya adalah "menuntun" segala kodrat yang dimiliki oleh anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya, agar anak meraih kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses menuntun, guru berperan sebagai pamong, yang mengedepankan azaz pratap trikolaka ing ngarso sung thulodo, ing madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani dalam kepemimpinannya di pembelajaran. Pratap Triloka KHD yang dikedepankan oleh guru dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada BUDI PEKERTI anak. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputun harus menuju kepada KEBIJAKSANAAN.

Dibutuhkan nilai-nilai kebajikan  agar setiap keputusan yang diambil oleh guru merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Nilai-nilai kebajikan tersebut dapat berupa : keadilan, tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Selain itu terdapat nilai khusus bagi Calon guru Penggerak yang akan menjadi role model bagi murid yaitu : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak .

Selain itu, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Karena di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil. Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 

Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :
  • Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
  • Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.
  • Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika 
  • bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut
Karena itu, dibutuhkan keterampilan Kepemimpinan Pendukung Pemimpin Pembelajaran, diantaranya, adalah sebagai berikut :
  1. Pengetahuan diri
  2. Manajemen Waktu dan Kehidupan
  3. Agen Perubahan
  4. Tujuan dan Usaha Bersama
  5. Pengambilan Keputusan Beretika
  6. Pengaruh Komunikasi Persuasif
  7. Budaya Iklim Komunitas
  8. Transisi Kepemimpinan dan Perencanaan Suksesi
  9. Arahan yang Jelas dan Tegas